Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #50)

by - 12.20

Lima puluh hari sebelum musim panas
Hari ini adalah hari kepindahanku kerumah nenek. Setelah hampir dua minggu yang lalu ayah mengurus kampus ku yang baru yang tentu saja aku yang sudah beranjak menjadi mahasiswa membuat ayah kerepotan. selalu bolak balik torino - pavia setiap beberapa hari. Rasanya memang baru pertama kali aku akan pergi meninggalkan mereka. Adik laki-laki ku yang masih duduk di elementary school atau sebut saja sekolah dasar ini menjadi salah satu penyemangat mereka setelah aku memutuskan untuk tinggal dirumah nenek untuk empat tahun kedepan.
"Ibu pasti merindukan kamu ka"
sepatah kata itu membuat ku berfikir tetapi tidak membuatku nangis bombay karena perpisahanku dengan mereka. Fakta mengatakan 'torino - pavia itu jaraknya jauh banget'. Kalian tahu ini menjadi kesempatanku pergi dari dunia murungku selama bertahun tahun karena tidak mempunyai teman dan aku ingin mendapatkan hal yang baru disana. Sesuatu yang benar benar baru, oh sungguh semoga saja terjadi padaku.
Aku memutuskan untuk menelfon mereka setiap minggu untuk memberitahu kabarku pada mereka. Dan disaat renggangnya hari libur aku pasti akan memutuskan untuk berkunjung kerumah jika ada hari yang benar benar tidak sibuk. Kuharap ada.
Magenta terjatuh dari tumpukan kardus yang dibawa ayah, oh kasihan sekali. Magenta adalah boneka elmo berwana merah yang diberikan ibuku saat aku umur 4 tahun. Memang warnanya merah tapi aku suka warna magenta sehingga aku memberi nama nya magenta takpeduli warna asli boneka itu yg penting aku suka warna magenta. Aku membantu kedua orang tuaku menuruni barang barangku dari mobil SUV yang kini terparkir didepan rumah tua sederhana yang benar benar minimalis dan asri sekali walaupun sedikit kusam. Disetiap detail bangunan rumah bertingkat tiga ini terdapat beberapa jenis bunga yang merekah dan tumbuh hijau melengkapi keindahan rumah tua ini. Ya ini rumah nenekku hanya kurang lebih berukuran cukup besar untuk tiga orang. Dua kamar berada di kedua sisi pintu satu rumah yang bercat putih tua yang sudah kusam dengan gorden kecil yang berada di balik pintu untuk menutupi kaca yang terlihat dari dalam. Dengan cat yg serba putih krem yang sudah usang membuat rumah ini tampak terlihat sangat istimewa. Dindingnya yang terbuat dari bata yang kokoh dicat putih yang warnanya sudah luntur menjadi kusam menghiasi rumah ini jika dilihat dari luar. Halamannya yang tidak luas tapi cukup untuk dua parkiran mobil yang berjejer didepan bangunan ini. terdapat lampu taman dan satu bangku taman beberapa senti meter dari pintu rumah dihiasi akar akar tanaman serta bunga lily yang mekar disalah satu akar tanaman tersebut. Nenek suka sekali menanam bunga terlihat di setiap jendela di bangunan tua tiga lantai yang penuh dengan tanaman. Tempat ini akan menjadi tempat tinggalku tiga tahun kedepan. Betah sekali pasti. Ya pasti. Semoga saja. Dan hari ini adalah hari pindahanku yang cukup lumayan mengharukan.

You May Also Like

0 komentar

Selasa, 06 Maret 2018

Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #50)

Diposting oleh Aulia Azhari di 12.20
Lima puluh hari sebelum musim panas
Hari ini adalah hari kepindahanku kerumah nenek. Setelah hampir dua minggu yang lalu ayah mengurus kampus ku yang baru yang tentu saja aku yang sudah beranjak menjadi mahasiswa membuat ayah kerepotan. selalu bolak balik torino - pavia setiap beberapa hari. Rasanya memang baru pertama kali aku akan pergi meninggalkan mereka. Adik laki-laki ku yang masih duduk di elementary school atau sebut saja sekolah dasar ini menjadi salah satu penyemangat mereka setelah aku memutuskan untuk tinggal dirumah nenek untuk empat tahun kedepan.
"Ibu pasti merindukan kamu ka"
sepatah kata itu membuat ku berfikir tetapi tidak membuatku nangis bombay karena perpisahanku dengan mereka. Fakta mengatakan 'torino - pavia itu jaraknya jauh banget'. Kalian tahu ini menjadi kesempatanku pergi dari dunia murungku selama bertahun tahun karena tidak mempunyai teman dan aku ingin mendapatkan hal yang baru disana. Sesuatu yang benar benar baru, oh sungguh semoga saja terjadi padaku.
Aku memutuskan untuk menelfon mereka setiap minggu untuk memberitahu kabarku pada mereka. Dan disaat renggangnya hari libur aku pasti akan memutuskan untuk berkunjung kerumah jika ada hari yang benar benar tidak sibuk. Kuharap ada.
Magenta terjatuh dari tumpukan kardus yang dibawa ayah, oh kasihan sekali. Magenta adalah boneka elmo berwana merah yang diberikan ibuku saat aku umur 4 tahun. Memang warnanya merah tapi aku suka warna magenta sehingga aku memberi nama nya magenta takpeduli warna asli boneka itu yg penting aku suka warna magenta. Aku membantu kedua orang tuaku menuruni barang barangku dari mobil SUV yang kini terparkir didepan rumah tua sederhana yang benar benar minimalis dan asri sekali walaupun sedikit kusam. Disetiap detail bangunan rumah bertingkat tiga ini terdapat beberapa jenis bunga yang merekah dan tumbuh hijau melengkapi keindahan rumah tua ini. Ya ini rumah nenekku hanya kurang lebih berukuran cukup besar untuk tiga orang. Dua kamar berada di kedua sisi pintu satu rumah yang bercat putih tua yang sudah kusam dengan gorden kecil yang berada di balik pintu untuk menutupi kaca yang terlihat dari dalam. Dengan cat yg serba putih krem yang sudah usang membuat rumah ini tampak terlihat sangat istimewa. Dindingnya yang terbuat dari bata yang kokoh dicat putih yang warnanya sudah luntur menjadi kusam menghiasi rumah ini jika dilihat dari luar. Halamannya yang tidak luas tapi cukup untuk dua parkiran mobil yang berjejer didepan bangunan ini. terdapat lampu taman dan satu bangku taman beberapa senti meter dari pintu rumah dihiasi akar akar tanaman serta bunga lily yang mekar disalah satu akar tanaman tersebut. Nenek suka sekali menanam bunga terlihat di setiap jendela di bangunan tua tiga lantai yang penuh dengan tanaman. Tempat ini akan menjadi tempat tinggalku tiga tahun kedepan. Betah sekali pasti. Ya pasti. Semoga saja. Dan hari ini adalah hari pindahanku yang cukup lumayan mengharukan.

0 komentar on "Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #50)"

Posting Komentar