Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #40)

by - 12.22

Empat puluh hari sebelum musim panas
Setelah liburan kelulusan ku berjalan membosankan dan cukup lama sekali. Hari ini Pukul 6.15 aku sudah rapih dengan pakaian casual ciptaan ku, ya! Ini hari pertamaku menjadi mahasiswa. Ah rasanya mungkin sangat menyenangkan pasti dikampus nanti. Sebenarnya pukul 7 pas aku sudah harus ada disana tetapi karena ini hari pertama ku aku harus menyiapkan segalanya lebih awal. Ripped jeans yang sudah ku persiapkan menghiasi kakiku yang menjulang disertai sepatu converse berwarna putih kusam yang ku kenakan untuk melindungi telapak kakiku dari teriknya matahari dan dari dinginnya angin pavia. Kaos oblong berlengan pendek yang aku sepadukan dengan syal tipis berwarna salem dan sudah kuikatkan di leherku. disertai mantel untuk menghindari cuaca yang sedang labil ini, kadang angin yang berhembus sangat dingin, kadang matahari yang terjaga sangat terik sekali. Rambut coklat ikalku yang seganja kuikat satu membuat wajahku merasa fresh di cermin. Oh kurang beberapa polesan di wajahku. Aku tidak biasa memakai bedak karena kulitku sudah tergolong dalam kulit yang lumayan dalam golongan ras kulit putih. Tidak putih tidak hitam tidak kuning langsat ya lumayan putih dan sedikit kuning langsat. Pasti kalian bingung. 
Aku hanya memakai lipbalm yang sengaja ku beli berwarna agar saat aku pakai tetap melekat warna pink muda di bibirku. Bibirku tidak tebal tapi sedikit tipis jadi lebih baik dipoles sedikit dengan lipbalm. Dan mataku yg seperti mata kucing kalian tahu ujung mataku benar benar seperti mata kucing lancip kedalam entahlan membuatku nampak spesial karena terlihat belo dan tidak begitu menyeramkan. Tidak akan aku apa apakan bagian mata ini. Daguku ini sedikit lancip karena aku kurus rahang pipuku sangat terlihat apalagi saat aku sedang tertawa daguku terlihat sekali lancipnya dengan terlihatnya kedua rahang di samping area daguku, kata orang manis tapi ah sudah aku tidak pede aku menutupi kemanisan yang orang bilang dengan kacamataku saat itu karena aku tidak pede. Sekarang aku tidak memakai kacamata aku ingin memperlihatkannya bahwa aku ingin tampil apa adanya. semoga hal baru terjadi padaku.

"Sayang ayo keluar sarapan dulu nenek sudah memasak makanan kesukaanmu" tiga ketukan di balik pintu kamarku dan teriakan kecil yg lemah dari seorang wanita tua yang kira kira sudah berumur 65 tahun itu.
"Nanti jemput aku jam 3 ya om alex" aku turun dari mobil tua milik om alex. Angin berhembus kencang kearahku setelah kaki ku benar benar kuinjakan di depan gerbang kampus baruku. Lalu om alex pergi dengan mobilnya diakhiri kedipan matanya yang menunjukan setuju. Ya! Ini waktunya aku beraksi. Eh, maksud ku harus tampil percaya diri karena ini kampusku yang baru.
Setelah berjalan melewati gerbang ada seseorang yang tiba tiba menyenggol bahuku sehingga aku sedikit tergoyah. secara refleks aku ketakutan karena kejadian tadi. Ya dia laki laki, tubuhnya sedikit tinggi dariku lumayan tampan lah dan "eh, maaf maaf kaget ya, gak maksud kok, kirain lucy ternyata salah orang" dia baik.
"Oh iya saya marcel" dia nyengir lalu menjulurkan tangannya dihadapanku gadis polos yang masih bingung akan hal baru apa ini yang sedang terjadi kepadaku.
"Marcel ayo cepet lah!" Teriak seorang cowok yg memakai headphone dikepalanya sambil memainkan video games dengan menyender ditembok bangunan yang jaraknya beberapa meter dari kami.
"Eh iya, yaudah sampe ketemu lagi ya" ucap laki laki bernama marcel kemudian hendak berlari meninggalkan aku sebelum kuberhentikan langkahnya. Hal gila!
"Eh, Maaf, papan pengumuman dimana ya?" Keluar sepatah kata dari mulutku kuberanikan, yang dari tadi hanya diam dengan tampang cengoku memikirkan kejadian apa ini.
"pasti mahasiswa baru ya? Kamu bisa lurus aja nanti belok kiri papan pengumumannya ada di dekat ruang roster" lagi lagi dia, baik. Senyum. Ramah. Tampan. Dan aku itik buruk rupa yang sangat ketakutan. Tidak kenal siapa-siapa.
"Eh, iya. Makasih ya" ucapanku masih terbatah batah seperti orang linglung. Kami sama sama meninggalkan tempat kejadian hal baru yang aku alami beberapa detik setelah aku putuskan untuk berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Tanpa senyum balik padanya. Karena dia langsung lari. Mungkin aku menakutkan. Ya, mungkin.
Aku mencatat semua mata kuliah yang aku ambil, ya di jurusan ilmu politik ini di depan papan pengumuman universitas pavia.
Lantai 3. Ruang ke 3 dari sebelah kanan anak tangga bagian barat. Dan aku sangat capek karena lantai 3. ya ini kelas pertamaku kelas pengantar ilmu politik. saat aku membuka pintu ah rasanya aku mau mati saja tepukan kedua yang membuat refleks tubuhku terkaget dan ketakutan.
"Hai! Aku lara mahasiswa ilmu politik juga semoga kita bisa berteman baik ya!" Gadis yang terlalu riang itu mengagetkan ku berbicara cepat dan terlihat sangat senang
"Oh demi tuhan.....dia cantik sekali!" Teriaknya sedikit histeris didepanku sampai aku bingung berbicara sama siapa sebenernya orang ini.
"Astley Aurora" dia membaca tulisan yang ada di binder yang ku bawa sejak mencatat jadwal mata kuliah dari papan pengumuman.
"Cantik!" Serunya lagi.
Sejak percakapan tadi kini semua orang melihat kearah kami. Aku menjadi itik buruk rupa lagi yang terkejut akan hal baru macam apalagi ini yang menimpaku!
Astley Aurora adalah namaku. Tidak panjang dan tidak mudah diartikan. Aku hanya tau arti aurora saja, ya mungkin artinya indah karena menurutku sama saja dengan fenomena alam yang disebut aurora yang muncul di wilayah selatan. Indah menurutku. Sejak kecil aku pernah menanyakan arti namaku pada orang tuaku, dan mereka tidak tahu. Mungkin, orang tuaku benar benar lupa saat itu.

You May Also Like

0 komentar

Selasa, 06 Maret 2018

Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #40)

Diposting oleh Aulia Azhari di 12.22
Empat puluh hari sebelum musim panas
Setelah liburan kelulusan ku berjalan membosankan dan cukup lama sekali. Hari ini Pukul 6.15 aku sudah rapih dengan pakaian casual ciptaan ku, ya! Ini hari pertamaku menjadi mahasiswa. Ah rasanya mungkin sangat menyenangkan pasti dikampus nanti. Sebenarnya pukul 7 pas aku sudah harus ada disana tetapi karena ini hari pertama ku aku harus menyiapkan segalanya lebih awal. Ripped jeans yang sudah ku persiapkan menghiasi kakiku yang menjulang disertai sepatu converse berwarna putih kusam yang ku kenakan untuk melindungi telapak kakiku dari teriknya matahari dan dari dinginnya angin pavia. Kaos oblong berlengan pendek yang aku sepadukan dengan syal tipis berwarna salem dan sudah kuikatkan di leherku. disertai mantel untuk menghindari cuaca yang sedang labil ini, kadang angin yang berhembus sangat dingin, kadang matahari yang terjaga sangat terik sekali. Rambut coklat ikalku yang seganja kuikat satu membuat wajahku merasa fresh di cermin. Oh kurang beberapa polesan di wajahku. Aku tidak biasa memakai bedak karena kulitku sudah tergolong dalam kulit yang lumayan dalam golongan ras kulit putih. Tidak putih tidak hitam tidak kuning langsat ya lumayan putih dan sedikit kuning langsat. Pasti kalian bingung. 
Aku hanya memakai lipbalm yang sengaja ku beli berwarna agar saat aku pakai tetap melekat warna pink muda di bibirku. Bibirku tidak tebal tapi sedikit tipis jadi lebih baik dipoles sedikit dengan lipbalm. Dan mataku yg seperti mata kucing kalian tahu ujung mataku benar benar seperti mata kucing lancip kedalam entahlan membuatku nampak spesial karena terlihat belo dan tidak begitu menyeramkan. Tidak akan aku apa apakan bagian mata ini. Daguku ini sedikit lancip karena aku kurus rahang pipuku sangat terlihat apalagi saat aku sedang tertawa daguku terlihat sekali lancipnya dengan terlihatnya kedua rahang di samping area daguku, kata orang manis tapi ah sudah aku tidak pede aku menutupi kemanisan yang orang bilang dengan kacamataku saat itu karena aku tidak pede. Sekarang aku tidak memakai kacamata aku ingin memperlihatkannya bahwa aku ingin tampil apa adanya. semoga hal baru terjadi padaku.

"Sayang ayo keluar sarapan dulu nenek sudah memasak makanan kesukaanmu" tiga ketukan di balik pintu kamarku dan teriakan kecil yg lemah dari seorang wanita tua yang kira kira sudah berumur 65 tahun itu.
"Nanti jemput aku jam 3 ya om alex" aku turun dari mobil tua milik om alex. Angin berhembus kencang kearahku setelah kaki ku benar benar kuinjakan di depan gerbang kampus baruku. Lalu om alex pergi dengan mobilnya diakhiri kedipan matanya yang menunjukan setuju. Ya! Ini waktunya aku beraksi. Eh, maksud ku harus tampil percaya diri karena ini kampusku yang baru.
Setelah berjalan melewati gerbang ada seseorang yang tiba tiba menyenggol bahuku sehingga aku sedikit tergoyah. secara refleks aku ketakutan karena kejadian tadi. Ya dia laki laki, tubuhnya sedikit tinggi dariku lumayan tampan lah dan "eh, maaf maaf kaget ya, gak maksud kok, kirain lucy ternyata salah orang" dia baik.
"Oh iya saya marcel" dia nyengir lalu menjulurkan tangannya dihadapanku gadis polos yang masih bingung akan hal baru apa ini yang sedang terjadi kepadaku.
"Marcel ayo cepet lah!" Teriak seorang cowok yg memakai headphone dikepalanya sambil memainkan video games dengan menyender ditembok bangunan yang jaraknya beberapa meter dari kami.
"Eh iya, yaudah sampe ketemu lagi ya" ucap laki laki bernama marcel kemudian hendak berlari meninggalkan aku sebelum kuberhentikan langkahnya. Hal gila!
"Eh, Maaf, papan pengumuman dimana ya?" Keluar sepatah kata dari mulutku kuberanikan, yang dari tadi hanya diam dengan tampang cengoku memikirkan kejadian apa ini.
"pasti mahasiswa baru ya? Kamu bisa lurus aja nanti belok kiri papan pengumumannya ada di dekat ruang roster" lagi lagi dia, baik. Senyum. Ramah. Tampan. Dan aku itik buruk rupa yang sangat ketakutan. Tidak kenal siapa-siapa.
"Eh, iya. Makasih ya" ucapanku masih terbatah batah seperti orang linglung. Kami sama sama meninggalkan tempat kejadian hal baru yang aku alami beberapa detik setelah aku putuskan untuk berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Tanpa senyum balik padanya. Karena dia langsung lari. Mungkin aku menakutkan. Ya, mungkin.
Aku mencatat semua mata kuliah yang aku ambil, ya di jurusan ilmu politik ini di depan papan pengumuman universitas pavia.
Lantai 3. Ruang ke 3 dari sebelah kanan anak tangga bagian barat. Dan aku sangat capek karena lantai 3. ya ini kelas pertamaku kelas pengantar ilmu politik. saat aku membuka pintu ah rasanya aku mau mati saja tepukan kedua yang membuat refleks tubuhku terkaget dan ketakutan.
"Hai! Aku lara mahasiswa ilmu politik juga semoga kita bisa berteman baik ya!" Gadis yang terlalu riang itu mengagetkan ku berbicara cepat dan terlihat sangat senang
"Oh demi tuhan.....dia cantik sekali!" Teriaknya sedikit histeris didepanku sampai aku bingung berbicara sama siapa sebenernya orang ini.
"Astley Aurora" dia membaca tulisan yang ada di binder yang ku bawa sejak mencatat jadwal mata kuliah dari papan pengumuman.
"Cantik!" Serunya lagi.
Sejak percakapan tadi kini semua orang melihat kearah kami. Aku menjadi itik buruk rupa lagi yang terkejut akan hal baru macam apalagi ini yang menimpaku!
Astley Aurora adalah namaku. Tidak panjang dan tidak mudah diartikan. Aku hanya tau arti aurora saja, ya mungkin artinya indah karena menurutku sama saja dengan fenomena alam yang disebut aurora yang muncul di wilayah selatan. Indah menurutku. Sejak kecil aku pernah menanyakan arti namaku pada orang tuaku, dan mereka tidak tahu. Mungkin, orang tuaku benar benar lupa saat itu.

0 komentar on "Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #40)"

Posting Komentar