Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #10)

by - 12.24

Sepuluh hari sebelum musim panas
Sudah hampir sebulan aku menjadi mahasiswa disini. Kalian tahu, tak ada yang sangat spesial. Walaupun terjadi beberapa perubahan dari hidupku. Aku mempunyai empat orang teman dekat. Lara gadis nakal yang pertama kali mengajakku berkenalan di hari pertama aku menjadi seorang mahasiswa. Agatta gadis pemalu yang benar benar sangat pemalu pada orang yang belum ia kenal, sulit sekali mengajaknya berteman. walaupun aku dan agatta sedikit memiliki sifat yang sama tetapi agatta benar-benar menutup dirinya dan benar benar menjadi orang yang sangat pemalu. Kami menjadi dekat karena ulah lara yang terpaksa mengancam agatta. Ancaman itu kini tidak ada artinya bagi agatta karena semakin nyamannya dia bergabung dalam persahabatan aku dan lara hingga saat ini. Dan chen,  seorang laki laki berdarah asia ini punya hobi menjadi seorang detektif, dia bisa memecahkan sebuah masalah tanpa orang lain ketahui, dan dia sangat kutu buku, matanya yang sipit dengan kacamata tebal yang melekat diwajahnya membuat kami, em maksudku aku lara dan agatta mendekatinya, karena saat matakuliah mrs. Tilda hanya chen yang menguasai mata kuliah itu. Kita sebagai seorang wanitia memainkan akal pintar untuk memanfaatkan cowok berdarah asia ini. Kebiasaan kami mendekatinya kini beralih fungsi, kami benar benar menjadi teman baik chen sampai saat ini. Dan javer cowo tampan yang mau bergabung di kelompok bermainku. Entah ada angin apa javer lebih memilih menjadi teman kami dibanding kelompok pria populer pimpinan 'leonardo robertas' sosok laki laki tampan dan sangat terkenal di kampusku ini yang wajahnya sangat setara dengan wajah javer. Javer tampan, cerdas, body goals, dan memiliki banyak penggemar wanita. Tetapi dia tetap ingin bergabung dengan kelompok bermain seperti aku lara agatta dan chen. Jadi seperti inilah teman teman kelompokku, tidak menonjol dikalangan anak kampus dan tidak bersinar pula, walaupun hanya javer yang benar benar berbeda. Tapi aku cukup bangga mereka bukan lah orang orang yang lulus dari SMA ku. karena pasti orang-orang akan melebelkan kami sebagai pecundang jika kami bersekolah di SMA yg sama seperti SMA ku. Karena tentu saja aku dan teman-teman sekolahku sangatlah payah.
Sudah beberapa hari yang lalu mrs. Vedette menyuruhku menggantikan paola menjadi seorang pemain snare di marching band kampus. Mrs. Vedette sudah membaca semua cv yang ku ajukan saat penerimaan mahasiswa baru. Entah aku menulis pengalamanku menjadi seorang anggota marcing band saat aku berada di sekolah dasar dan mrs. Vedette masih tetap memilihku untuk menggantikan paola di perlombaan antar kampus oktober nanti. Paola adalah salah satu pemain snare drum dari jurusan ku, dan kabarnya dia mengalami kecelakaan akhir pekan lalu sehingga membuatnya harus tinggal di rumah sakit selama beberapa bulan kedepan. Sedangkan aku adalah seorang battery yang bertugas memimpin tempo permainan dengan memainkan alat musik perkusi. Lebih tepatnya aku bagian snare drum. Sekarang ini sampai paola benar benar pulih.
Pukul 14.30 tepatnya aku melaksanakan kegiatan latihan marching band yang menjadi rutin dikehidupan seorang astley. Sudah tiga hari yang lalu lapangan kampus membagi tempat untuk para pemain marching band dan para pemain softball yang juga akan mengikuti lomba tidak lama lagi. Dan kau tahu, para pemain softball itu menjadi tontonan segar ku, mereka sangat tampan, berlari cepat demi memperebutkan sebuah bola. Ya memang sudah menjadi hal yang biasa melihat orang orang tampan di kampus ini. Karena melamunkan para pemain softball, Mr. Lucio memarahi ku karena tidak konsen karena memang penyebabnya karena aku sedang melamunkan para pemain softball itu. Maaf pak, pemandangan ini tidak boleh dilewatkan dalam jarak yang sangat dekat seperti ini. Ini kesempatan. Tetapi hukuman tetap berjalan bagi pemain marching band yang ketahuan sedang tidak memperhatikan sehingga irama marching band terdengar false sekali dan ketahuan siapa yang membuatnya menjadi false. mati aku.
Aku berlari keliling lapangan untuk menjalankan hukuman. Malu, iya. Karena harus mengelilingi para pemain softball dan pemain marching band dalam satu lapangan. Ah mau ditaruh dimana wajahku ini. Seketika aku menjadi payah didepan mereka.
Kuhempaskan tubuhku pada rerumputan yang tumbuh di sisi lapangan kampus ini. Jadwal latihanku selesai. Jadwal hukumanku pun selesai. Teman temanku sudah berganti pakaian dan siap untuk kembali kerumah masing-masing. Ya, Aku masih sangat lemas untuk beranjak dari rumput ini setelah lari enam kali putaran. Matahari sudah mulai terbenam, kehidupan kampus sudah mulai sepi tetapi tubuh ini tidak bisa bangkit lagi, sungguh benar benar sangat melelahkan. Aku berniat istirahat sebentar. Ya lima menit saja astley.
"Graciass" suara seseorang terdengar begitu dekat. Anak laki laki yang sering kuperhatikan itu. Bukan dia, tapi tim nya. Salah satu pemain softball kini berada sangat dekat denganku. Dia duduk disampingku sambil melihat pandangan yang kosong kedepan.
Aku segera bangkit dan kembali menjadi itik buruk rupa yang benar benar bingung untuk melakukan apa saat disapa laki laki tampan seperti ini dengan jarak yang hanya 7 sentimeter.

"Ha-hai" sapaku dengan wajah yang benar benar tidak yakin hingga terbata batah.
Dia menyodorkan ku sebuah minuman dingin. Apa ini yang sebenarnya terjadi?
"Aku tadi melihatmu berlari beberapa putaran di lapangan, minum ini agar tidak lemas" sahutnya dengan menyelipkan sebuah senyuman simpul.
"Aku?" Akan aku yakinkan untuk kedua kalinya
"Iya, ambil" sahutnya dengan pandangan yang masih lurus kedepan.
"Setiap kebijakan yang dilanggar pasti ada sanksinya, hmm" dia berbicara monolog lalu bergumam
"Politik?" Tanyanya padaku hingga aku kaget karena tampangku yang sedang berfikir panjang apa yg dia katakan barusan
"Eh iya" sahut ku
Tiba tiba handphone di saku celanaku berdering sepertinya ini adalah panggilan masuk dari om alex.
Ya om alex sudah menungguku di luar gerbang kampus. oh tidak bagaimana ini aku harus bicara apa untuk berpamitan padanya, oh tuhan tolong berikan alasan agar aku bisa berbicara lantang dan jelas pada laki laki yg ada di sebelahku ini bahwa om alex sudah menunggu ku.
"Sudah hampir malam mungkin keluargamu datang untuk menjemputmu" aku sontak terkejut dia seperti bisa membaca isi pikiranku yg sedang kucemaskan ini.
"Kau boleh pergi, ciao" dia tersenyum manis dan melambaikan tangannya padaku yang masih duduk di sebelahnya. Tentu responku saat ini adalah lari. Bodoh. Aku meninggalkan dia begitu saja tanpa mengeluarkan kata kata penutup yg manis. Dan aku pun tidak bertanya siapa namanya.


You May Also Like

0 komentar

Selasa, 06 Maret 2018

Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #10)

Diposting oleh Aulia Azhari di 12.24
Sepuluh hari sebelum musim panas
Sudah hampir sebulan aku menjadi mahasiswa disini. Kalian tahu, tak ada yang sangat spesial. Walaupun terjadi beberapa perubahan dari hidupku. Aku mempunyai empat orang teman dekat. Lara gadis nakal yang pertama kali mengajakku berkenalan di hari pertama aku menjadi seorang mahasiswa. Agatta gadis pemalu yang benar benar sangat pemalu pada orang yang belum ia kenal, sulit sekali mengajaknya berteman. walaupun aku dan agatta sedikit memiliki sifat yang sama tetapi agatta benar-benar menutup dirinya dan benar benar menjadi orang yang sangat pemalu. Kami menjadi dekat karena ulah lara yang terpaksa mengancam agatta. Ancaman itu kini tidak ada artinya bagi agatta karena semakin nyamannya dia bergabung dalam persahabatan aku dan lara hingga saat ini. Dan chen,  seorang laki laki berdarah asia ini punya hobi menjadi seorang detektif, dia bisa memecahkan sebuah masalah tanpa orang lain ketahui, dan dia sangat kutu buku, matanya yang sipit dengan kacamata tebal yang melekat diwajahnya membuat kami, em maksudku aku lara dan agatta mendekatinya, karena saat matakuliah mrs. Tilda hanya chen yang menguasai mata kuliah itu. Kita sebagai seorang wanitia memainkan akal pintar untuk memanfaatkan cowok berdarah asia ini. Kebiasaan kami mendekatinya kini beralih fungsi, kami benar benar menjadi teman baik chen sampai saat ini. Dan javer cowo tampan yang mau bergabung di kelompok bermainku. Entah ada angin apa javer lebih memilih menjadi teman kami dibanding kelompok pria populer pimpinan 'leonardo robertas' sosok laki laki tampan dan sangat terkenal di kampusku ini yang wajahnya sangat setara dengan wajah javer. Javer tampan, cerdas, body goals, dan memiliki banyak penggemar wanita. Tetapi dia tetap ingin bergabung dengan kelompok bermain seperti aku lara agatta dan chen. Jadi seperti inilah teman teman kelompokku, tidak menonjol dikalangan anak kampus dan tidak bersinar pula, walaupun hanya javer yang benar benar berbeda. Tapi aku cukup bangga mereka bukan lah orang orang yang lulus dari SMA ku. karena pasti orang-orang akan melebelkan kami sebagai pecundang jika kami bersekolah di SMA yg sama seperti SMA ku. Karena tentu saja aku dan teman-teman sekolahku sangatlah payah.
Sudah beberapa hari yang lalu mrs. Vedette menyuruhku menggantikan paola menjadi seorang pemain snare di marching band kampus. Mrs. Vedette sudah membaca semua cv yang ku ajukan saat penerimaan mahasiswa baru. Entah aku menulis pengalamanku menjadi seorang anggota marcing band saat aku berada di sekolah dasar dan mrs. Vedette masih tetap memilihku untuk menggantikan paola di perlombaan antar kampus oktober nanti. Paola adalah salah satu pemain snare drum dari jurusan ku, dan kabarnya dia mengalami kecelakaan akhir pekan lalu sehingga membuatnya harus tinggal di rumah sakit selama beberapa bulan kedepan. Sedangkan aku adalah seorang battery yang bertugas memimpin tempo permainan dengan memainkan alat musik perkusi. Lebih tepatnya aku bagian snare drum. Sekarang ini sampai paola benar benar pulih.
Pukul 14.30 tepatnya aku melaksanakan kegiatan latihan marching band yang menjadi rutin dikehidupan seorang astley. Sudah tiga hari yang lalu lapangan kampus membagi tempat untuk para pemain marching band dan para pemain softball yang juga akan mengikuti lomba tidak lama lagi. Dan kau tahu, para pemain softball itu menjadi tontonan segar ku, mereka sangat tampan, berlari cepat demi memperebutkan sebuah bola. Ya memang sudah menjadi hal yang biasa melihat orang orang tampan di kampus ini. Karena melamunkan para pemain softball, Mr. Lucio memarahi ku karena tidak konsen karena memang penyebabnya karena aku sedang melamunkan para pemain softball itu. Maaf pak, pemandangan ini tidak boleh dilewatkan dalam jarak yang sangat dekat seperti ini. Ini kesempatan. Tetapi hukuman tetap berjalan bagi pemain marching band yang ketahuan sedang tidak memperhatikan sehingga irama marching band terdengar false sekali dan ketahuan siapa yang membuatnya menjadi false. mati aku.
Aku berlari keliling lapangan untuk menjalankan hukuman. Malu, iya. Karena harus mengelilingi para pemain softball dan pemain marching band dalam satu lapangan. Ah mau ditaruh dimana wajahku ini. Seketika aku menjadi payah didepan mereka.
Kuhempaskan tubuhku pada rerumputan yang tumbuh di sisi lapangan kampus ini. Jadwal latihanku selesai. Jadwal hukumanku pun selesai. Teman temanku sudah berganti pakaian dan siap untuk kembali kerumah masing-masing. Ya, Aku masih sangat lemas untuk beranjak dari rumput ini setelah lari enam kali putaran. Matahari sudah mulai terbenam, kehidupan kampus sudah mulai sepi tetapi tubuh ini tidak bisa bangkit lagi, sungguh benar benar sangat melelahkan. Aku berniat istirahat sebentar. Ya lima menit saja astley.
"Graciass" suara seseorang terdengar begitu dekat. Anak laki laki yang sering kuperhatikan itu. Bukan dia, tapi tim nya. Salah satu pemain softball kini berada sangat dekat denganku. Dia duduk disampingku sambil melihat pandangan yang kosong kedepan.
Aku segera bangkit dan kembali menjadi itik buruk rupa yang benar benar bingung untuk melakukan apa saat disapa laki laki tampan seperti ini dengan jarak yang hanya 7 sentimeter.

"Ha-hai" sapaku dengan wajah yang benar benar tidak yakin hingga terbata batah.
Dia menyodorkan ku sebuah minuman dingin. Apa ini yang sebenarnya terjadi?
"Aku tadi melihatmu berlari beberapa putaran di lapangan, minum ini agar tidak lemas" sahutnya dengan menyelipkan sebuah senyuman simpul.
"Aku?" Akan aku yakinkan untuk kedua kalinya
"Iya, ambil" sahutnya dengan pandangan yang masih lurus kedepan.
"Setiap kebijakan yang dilanggar pasti ada sanksinya, hmm" dia berbicara monolog lalu bergumam
"Politik?" Tanyanya padaku hingga aku kaget karena tampangku yang sedang berfikir panjang apa yg dia katakan barusan
"Eh iya" sahut ku
Tiba tiba handphone di saku celanaku berdering sepertinya ini adalah panggilan masuk dari om alex.
Ya om alex sudah menungguku di luar gerbang kampus. oh tidak bagaimana ini aku harus bicara apa untuk berpamitan padanya, oh tuhan tolong berikan alasan agar aku bisa berbicara lantang dan jelas pada laki laki yg ada di sebelahku ini bahwa om alex sudah menunggu ku.
"Sudah hampir malam mungkin keluargamu datang untuk menjemputmu" aku sontak terkejut dia seperti bisa membaca isi pikiranku yg sedang kucemaskan ini.
"Kau boleh pergi, ciao" dia tersenyum manis dan melambaikan tangannya padaku yang masih duduk di sebelahnya. Tentu responku saat ini adalah lari. Bodoh. Aku meninggalkan dia begitu saja tanpa mengeluarkan kata kata penutup yg manis. Dan aku pun tidak bertanya siapa namanya.


0 komentar on "Bintang yang Hilang (Sebelum Musim Panas #10)"

Posting Komentar